KUMPULAN BENCANA ALAM

Selasa, 03 September 2013

TSUNAMI

Hasil penelitian pakar tsunami LIPI, Universitas Tokyo, dan Universitas Hokkaido, Jepang, menyimpulkan, kecepatan tsunami di Kabupaten Kepulauan Mentawai, 25 Oktober, mencapai 800 km/jam. “Berdasarkan penelitian, gelombang tsunami di Maonai, Sabeuguggung, Purourougat, Pagai Utara memiliki kecepatan 800 kilometer per jam di laut dan menjadi 30-40 kilometer per jam ketika tiba di daratan,” kata pakar gempa Geoteknologi LIPI Eko Yulianto, di Padang, Rabu. Menurut Eko, jangkauan terjangan air ke darat mencapai 100-250 meter bergantung pada ketinggian gelombang. “Ketinggian gelombang yang menerjang daerah Pagai Utara dan Selatan itu berkisar enam sampai tujuh meter,” katanya. Dennga ketinggian gelombang seperti itu dan kecepatan yang tinggi entah bagaimana pemerintah dalam hal ini BMKG bisa tidak melihat dan mendeteksi tsunami tersebut hingga media massa asing memberitakannya. Menurut dia,, tsunami menerjang Pagai Utara berkisar tujuh menit setelah gempa 7,2 SR pada 25 Oktober karena pusat gempa sangat dekat dengan wilayah daratan di Mentawai “Jadi tidak cocok dengan sosialiasi yang dilakukan selama ini, yang menyebutkan tsunami terjadi setelah 30 menit gempa terjadi,” katanya. Ia mengimbau masyarakat agar tidak menunggu instruksi BMKG soal potensi tsunami sesaat setelah gempa dan tidak perlu mengukur kekuatannya. “Lebih baik menyelamatkan diri dengan lari ke bukit,” katanya. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat gempa 7,2 RR yang melanda Mentawai diikuti tsunami terjadi Senin (25/11) pukul 21.42 WIB. Sebanyak 1116 unit hunian sementara akan dibangun di Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumbar, untuk merelokasi korban gempa dan tsunami. “Hunian sementara itu disediakan oleh Pemerintah Provinsi Sumbar sebanyak 600 unit dan 516 unit akan disumbangkan PMI,” kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Mentawai, Paulinus Sabelekpangulu, di Sekakap ketika dihubungi ANTARA dari Padang, Selasa. Menurutnya, hunian sementara tersebut akan dibangun di kawasan perbukitan sehingga masyarakat aman dari ancaman tsunami dan tidak mengganggu mobilitas masyarakat antara lain di Desa Muara Taikako. “Lokasi yang lain masih disurvei oleh Pemkab dan DPRD. Hunian sementara ini masih dalam tahap sosialisasi kepada para pengungsi,” ujarnya menambahkan. Ia menambahkan, setiap kepala keluarga (KK) yang berada di 27 dusun di kecamatan Pagai Utara dan Pagai Selatan akan disatukan di satu titik karena setiap dusun hanya dihuni puluhan KK. “Seluruhnya akan diupayakan selesai sebelum perayaan nata,” katanya. Sementara, Gubernur Sumbar Irwan Prayitno menyatakan status tanggap darurat di Bumi Sikkerei tersebut diperpanjang hingga 22 November 2010. Sebelumnya, masa tanggap darurat ditetapkan hanya sampai 8 November. “Tanggap darurat diperpanjang dua Minggu karena pada masa tanggap darurat sebelumnya kegiatan tidak optimal akibat cuaca buruk,” katanya. Penambahan masa tanggap darurat tersebut, kata Irwan, akan digunakan untuk membangun tempat tinggal sementara, sekolah sementara dan proses pengobatan korban. “Pemerintah juga akan membangun 4000 rumah sementara bagi pengungsi korban tsunami Mentawai,” katanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar